Jumat, 23 Agustus 2013

Kisah Penyelam Mutiara






“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seprti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemuadian hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al Hadid : 20)

Ayat diatas merupakan Maklumat dari Allah kepada manusia agar tidak terlena dan terbuai dengan kenikmatan dunia yang hanya sementara.

Memang, pada hakikatnya manusia menginginkan kehidupan yang serba tercukupi, punya rumah mewah, mobil mewah, harta berlimpah dan anak yang elok rupanya. Namun, kadangkala untuk mencapai tujuan sesaat itu mereka menggunakan segala cara, tidak peduli halal atau haramkah, tidak kenal mana kawan atau lawan bahkan menghabiskan sisa umur yang sejatinya semakin berkurang hanya untuk memenuhi keinginan yang sesaat.

Perjalanan hidup manusia tak ubahnya bagaikan kisah penyelam mutiara, yang dalam setiap tugasnya selalu dibekali dengan tabung oksigen yang terpasang dipunggungnya. Pada saat terjun menyelam, niatnya bulat ingin mencari tiram mutiara sebanyak-banyaknya, akan tetapi begitu ia berada di bawah permukaan laut, ia mulai lupa pada tujuan yang harus dicarinya. Kenapa?

Ternyata pemandangan di dalam laut sangat mempesona, bunga karang yang melambai-lambai seolah-olah memanggilnya, ikan-ikan hias berwarna-warni yang saling berkejaran dengan riangnya seolah mengajaknya bermain, hingga membuatnya terpana dan akhirnya membuat terlena ikut bercanda ria, melupakan tugasnya semula untuk mencari tiram mutiara yang berada jauh di dasar laut sana.

Hingga pada suatu saat, ia terkejut manakala disadarinya persediaan oksigennya tinggal sedikit. Timbullah rasa panik dan ketakutan yang begitu dahsyat, tak terbayangkan olehnya bagaimana kemarahan majikannya kelak bila ia muncul ke permukaan tanpa membawa tiram mutiara sebanyak yang diharapkan. Maka dengan tergopoh-gopoh ia pun berusaha untuk mencari tiram yang ada di sekitarnya. Namun sayang, kekuatan fisiknya sudah melemah, energinya sudah habis terkuras untuk bermain dan bercanda ria dengan keindahan alam bawah laut.

Akhirnya isi tabung oksigennya benar-benar kosong, sehingga walaupun tiram mutiara yang diperolehnya sangat sedikit, ia mau tidak mau harus muncul ke permukaan. Malangnya lagi karena tergesa-gesa ia tidak sempat mengikat kantongnya dengan baik sehingga ketika kantongnya tersenggol ikan yang berseliweran di sampingnya, tiram mutiara yang sudah didapatnya dengan susah payah itu sebagian tumpah keluar.

Di permukaan, majikannya telah menunggu, bagaimana jadinya nanti begitu dilihatnya isi kantong si penyelam tidak berisi tiram mutiara sebagaimana yang ia harapkan??

Dengan penuh rasa penyesalan, si penyelam berusaha meminta kesempatan ulang untuk menyelam kembali,
“Tuan.. ijinkanlah aku untuk kembali menyelam, pasti aku akn mencari tiram mutiara sebanyak-banyaknya.”
Namun, majikannya dengan tegas menolaknya.

Kisah ini menggambarkan tentang perjalanan hidup manusia. Tabung oksigen adalah perlambangan jatah umur manusia, tiram mutiara mengibaratkan amal ibadah yang harus kita kumpulkan sedang keindahan di dalam lautan melambangkan godaan –godaan kenikmatan dunia dengan harta, tahta dan wanita.

Sesuai dengan ayat dalam Al Quranul Karim, surah Ali Imran ayat ke 14 yang berbunyi,
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulh kesenangan hidup di dunia , dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik(surga).”

Belajar dari kisah di atas mudah-mudahan kita dapat mengambil hikmah bahwa di dunia ini bukanlah tujuan atau kehidupan yang sebenarnya tapi dunia ini adalah awal dari khidupan yang sebenarnya. Oleh karena itu manfaatnlahpotensi yang ada pada diri untuk beribadah kepada Allah Subhana wa Ta’ala agar kelak kita bisa merasakan kenikmatan yang abadidari hasil jerih payah yang kita lakukan di dunia.

Rasulullah Salallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
“Pergunakanlah lima macam waktu, sebelum datang yang lima macam lagi. Pergunakanlah hidupmu sebelum datang matimu, sehatmu sebelum datang sakitmu, waktu senggangmu sebelum datang kesibukanmu, masa mudamu sebelum datang masa tuamu dan kayamu sebelum datang miskinmu.” (HR. Baihaqi dari Ibnu Abbas)

Marilah kita pergunakan lima perkara tersebut selagi Allah masi mempercayakan nya kepada kita agar tidak ada penyesalan dikemudian hari dan janganlah kita seperti orang-orang munafik ketika datang kematian kepada salah seorang diantara mereka , lalu ia berkata :
Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan kematianku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?”

Oleh karena itu marilah kita introspeksi diri, sudah ukupkah tiram mutiara (pahala.red) yang kita peroleh selama ini sehingga bila suatu saat kita harus muncul ke permukaan menemui Rabb kita Allah Subhanahu wa Ta’ala, Ia telah ridha kepada kita sehingga tidak ada lagi penyesalan di dalamnya.

Mudah-mudahan kita menjadi hamba-hamba Allah yang senantiasa pandai menggunakan segala anugerahNya dengan selalu peduli dan ingin berbagi sesamanya.

Wallahua’alam Bishawab..