“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan
dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan
bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta
dan anak, seprti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian
tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemuadian hancur. Dan
di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS.
Al Hadid : 20)
Ayat diatas
merupakan Maklumat dari Allah kepada manusia agar tidak terlena dan terbuai dengan
kenikmatan dunia yang hanya sementara.
Memang, pada
hakikatnya manusia menginginkan kehidupan yang serba tercukupi, punya rumah
mewah, mobil mewah, harta berlimpah dan anak yang elok rupanya. Namun,
kadangkala untuk mencapai tujuan sesaat itu mereka menggunakan segala cara, tidak
peduli halal atau haramkah, tidak kenal mana kawan atau lawan bahkan
menghabiskan sisa umur yang sejatinya semakin berkurang hanya untuk memenuhi
keinginan yang sesaat.
Perjalanan
hidup manusia tak ubahnya bagaikan kisah penyelam mutiara, yang dalam setiap
tugasnya selalu dibekali dengan tabung oksigen yang terpasang dipunggungnya. Pada
saat terjun menyelam, niatnya bulat ingin mencari tiram mutiara sebanyak-banyaknya,
akan tetapi begitu ia berada di bawah permukaan laut, ia mulai lupa pada tujuan
yang harus dicarinya. Kenapa?
Ternyata pemandangan
di dalam laut sangat mempesona, bunga karang yang melambai-lambai seolah-olah
memanggilnya, ikan-ikan hias berwarna-warni yang saling berkejaran dengan
riangnya seolah mengajaknya bermain, hingga membuatnya terpana dan akhirnya
membuat terlena ikut bercanda ria, melupakan tugasnya semula untuk mencari
tiram mutiara yang berada jauh di dasar laut sana.
Hingga pada
suatu saat, ia terkejut manakala disadarinya persediaan oksigennya tinggal
sedikit. Timbullah rasa panik dan ketakutan yang begitu dahsyat, tak
terbayangkan olehnya bagaimana kemarahan majikannya kelak bila ia muncul ke
permukaan tanpa membawa tiram mutiara sebanyak yang diharapkan. Maka dengan
tergopoh-gopoh ia pun berusaha untuk mencari tiram yang ada di sekitarnya. Namun
sayang, kekuatan fisiknya sudah melemah, energinya sudah habis terkuras untuk
bermain dan bercanda ria dengan keindahan alam bawah laut.
Akhirnya isi
tabung oksigennya benar-benar kosong, sehingga walaupun tiram mutiara yang
diperolehnya sangat sedikit, ia mau tidak mau harus muncul ke permukaan. Malangnya
lagi karena tergesa-gesa ia tidak sempat mengikat kantongnya dengan baik
sehingga ketika kantongnya tersenggol ikan yang berseliweran di sampingnya, tiram
mutiara yang sudah didapatnya dengan susah payah itu sebagian tumpah keluar.
Di permukaan,
majikannya telah menunggu, bagaimana jadinya nanti begitu dilihatnya isi
kantong si penyelam tidak berisi tiram mutiara sebagaimana yang ia harapkan??
Dengan penuh
rasa penyesalan, si penyelam berusaha meminta kesempatan ulang untuk menyelam
kembali,
“Tuan..
ijinkanlah aku untuk kembali menyelam, pasti aku akn mencari tiram mutiara
sebanyak-banyaknya.”
Namun,
majikannya dengan tegas menolaknya.
Kisah ini
menggambarkan tentang perjalanan hidup manusia. Tabung oksigen adalah
perlambangan jatah umur manusia, tiram mutiara mengibaratkan amal ibadah yang
harus kita kumpulkan sedang keindahan di dalam lautan melambangkan godaan –godaan
kenikmatan dunia dengan harta, tahta dan wanita.
Sesuai dengan
ayat dalam Al Quranul Karim, surah Ali Imran ayat ke 14 yang berbunyi,
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta
yang banyak dari emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulh kesenangan hidup di dunia , dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik(surga).”
Belajar dari
kisah di atas mudah-mudahan kita dapat mengambil hikmah bahwa di dunia ini
bukanlah tujuan atau kehidupan yang sebenarnya tapi dunia ini adalah awal dari
khidupan yang sebenarnya. Oleh karena itu manfaatnlahpotensi yang ada pada diri
untuk beribadah kepada Allah Subhana wa Ta’ala agar kelak kita bisa merasakan
kenikmatan yang abadidari hasil jerih payah yang kita lakukan di dunia.
Rasulullah
Salallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
“Pergunakanlah lima macam waktu, sebelum
datang yang lima macam lagi. Pergunakanlah hidupmu sebelum datang matimu,
sehatmu sebelum datang sakitmu, waktu senggangmu sebelum datang kesibukanmu,
masa mudamu sebelum datang masa tuamu dan kayamu sebelum datang miskinmu.” (HR.
Baihaqi dari Ibnu Abbas)
Marilah kita
pergunakan lima perkara tersebut selagi Allah masi mempercayakan nya kepada
kita agar tidak ada penyesalan dikemudian hari dan janganlah kita seperti
orang-orang munafik ketika datang kematian kepada salah seorang diantara mereka
, lalu ia berkata :
Ya Rabb-ku,
mengapa Engkau tidak menangguhkan kematianku sampai waktu yang dekat, yang
menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?”
Oleh karena
itu marilah kita introspeksi diri, sudah ukupkah tiram mutiara (pahala.red)
yang kita peroleh selama ini sehingga bila suatu saat kita harus muncul ke
permukaan menemui Rabb kita Allah Subhanahu wa Ta’ala, Ia telah ridha kepada
kita sehingga tidak ada lagi penyesalan di dalamnya.
Mudah-mudahan
kita menjadi hamba-hamba Allah yang senantiasa pandai menggunakan segala
anugerahNya dengan selalu peduli dan ingin berbagi sesamanya.
Wallahua’alam
Bishawab..